Cara menghitung harga jual kue

Sudah bisa membuat kue yang enak? Sudah menuai pujian dari keluarga, sodara dan tetangga? Kalau begitu, mari kita mencoba berjualan kue! Biarpun cuma bisa bikin satu kue yang enak, tetap PeDe untuk jualan donk! Roti Boy aja PeDe tuh cuma punya satu jenis roti di gerainya, hehehe. Jadi ndak perlu menunggu menguasai puluhan resep kue-enak-mantap hanya untuk berjualan. Cuma bisa bikin satu macam kue aja? ya ndak pa-pa. Perbaiki terus resepnya sampai bisa jadi kue terenak diantara kue paling enak yang sejenis.

Kalau mau jualan, tentunya kita harus bisa menetapkan harga jual. Di sini aku share cara sederhana menentukan harga jual kue yang akan kita pasarkan. Karena masih skala bakul kue rumahan, dalam perhitungan ini dibuat simple aja, ndak pake penyusutan dan menghitung biaya-biaya lainnya. Semoga bermanfaat dan silakan share bila ada informasi yang terlewat aku tuliskan.

Bagaimana caranya menetapkan harga?

Yang pasti, kalau jualan tentunya ndak mau rugi kan? Gampangnya adalah dengan menghitung jumlah bahan yang digunakan untuk membuat kue ditambah dengan perkiraan penggunaan gas/listrik dan packingnya. Setelah diperoleh ongkos produksinya, baru tetapkan persentase atau keuntungan yang diinginkan.  Ohya sebelumnya dilihat dulu satu resep jadinya berapa banyak? Dari situ kita bisa menetapkan harga per satuan kuenya.

Contoh menetapkan harga jual kue Pennylane Brownies, silakan lihat resepnya, ada gula, terigu, minyak, dst:

  • Karena gula biasanya dijual kiloan maka cara menghitungnya 360gr/1000gr dikali harga gula sekilo = (360/1000) x Rp10000 = Rp 3600
  • Minyak dijual per liter, tinggal bagi 225/1000 x harga minyak seliter
  • Telur 4 butir bagaimana menghitungnya? Lihat saja dalam satu kg telur ukuran sedang biasanya dapat berapa butir? Katakan satu kg telur ukuran sedang ada sekitar 14 butir seharga Rp 15.000. Jadi harga satu telurnya = Rp 15.000 dibagi 14 =  Rp 1072
  • Teruskan hitung sampai selesai satu resep maka akan didapatkan total biaya bahan.
  • Satu resep Pennylane Brownies bisa jadi 2 loyang ukuran 30×10, berarti mesti beli kotak ukuran 30×10. Masukkan lagi biaya tersebut.

Bagaimana menghitung biaya gas? Harus dihitung pemakaian selama sebulan sih. Tapi kalo aku karena gak mau ribet, ambil saja contoh perhitungan yang sering dipakai para produsen kompor dalam membanding-bandingkan keiritan kompor mereka. Satu contoh aku melihat iklan kompor … eeh, lupa mereknya. Tapi itu kompor tanpa api gitu, halogen apa gitu kali ya? Nah di situ tertulis perbandingannya, memasak satu jam dengan kompor gas itu setara dengan sekitar Rp 1600-an rupiah (emph itu waktu gas harganya masih 65ribuan ya, hahaha). Sekarang gas sudah naik lagi harganya, so diambil perkiraannya saja yang aman yaitu satu jam kira-kira menghabiskan Rp 2000.

Sudah dapat total biaya produksi, baru tetapkan berapa profit yang kita inginkan. Lima puluh persen? atau seratus persen? Silakan saja lho … Kue-kue home-made biasanya memiliki kelemahan dalam perhitungan biaya bahan, yaitu karena kita membeli bahan tidak dalam jumlah besar maka harga per satuan bahan jadinya memang lebih mahal. Tapi ya ndak pa-pa, memang begitulah keadaannya. Namun kita bisa beri value-added misalnya:  kue-kue yang aku buat aku jamin bebas pengawet dan tidak menggunakan emulsifier untuk pengembang telurnya. Aku hanya pakai telur segar, gula pasir, terigu, mentega, margarin dan minyak sayur. Tidak ada bahan tambahan lainnya, kecuali penambahan baking powder di beberapa resep.

Nanti kalau sudah mulai banyak pesanan, kita sudah bisa mulai mensiasati pembelian bahan dalam jumlah yang lebih banyak, sehingga bisa meningkatkan profit.

Nah sudah dapat gambarannya kan kira-kira bagaimana kalau memulai jualan? Yuk mari berjualan kue ;)

image courtesy of Goldoven.com